Aletra Optimis L8 EV Mampu Bersaing di Pasar Mobil Listrik

Minggu, 12 Oktober 2025 | 01:15:47 WIB
Foto: dok. aletra.id

JAKARTA – Di saat para raksasa otomotif global berlomba-lomba menjejalkan seluruh kontrol mobil ke dalam layar sentuh raksasa, sebuah merek lokal justru mengambil langkah berani dengan kembali ke tombol fisik. 

Aletra, melalui model L8 EV, secara sadar menolak tren minimalis-futuristik demi sebuah alasan fundamental yang sering dilupakan: kebiasaan, kenyamanan, dan keselamatan pengemudi Indonesia.

Langkah "melawan arus" ini bukan soal ketertinggalan teknologi, melainkan sebuah strategi cerdas untuk menjembatani jurang antara kecanggihan mobil listrik dan keakraban mobil konvensional.

Menolak "Sauna Digital" Demi Respon Instan

Keputusan paling mencolok dari strategi Aletra adalah mempertahankan deretan tombol fisik untuk fungsi-fungsi krusial seperti AC, spion, audio, hingga transmisi. Ini adalah sebuah anomali di tengah gempuran interior mobil listrik modern yang didominasi oleh layar.

Marsellinus Christo Antyo, Product Manager Aletra, mengungkapkan bahwa pilihan ini lahir dari pemahaman mendalam terhadap perilaku pengemudi lokal.

“Kita waktu itu ada opsi untuk menggunakan layar seperti yang lain-lainnya, karena brand China itu sudah ke arah sana semua. Tapi kita putuskan tetap pakai tombol,” jelas Christo.

Alasannya sederhana namun krusial. “Orang Indonesia tuh masuk mobil, pencet AC langsung. Nah, bayangkan kalau screen-nya loading dulu, udah sauna duluan deh,” guraunya. 

Bagi Aletra, kenyamanan instan lebih berharga daripada estetika futuristik yang mengorbankan kepraktisan.

Ergonomi dan Keselamatan: Keunggulan Tombol yang Terlupakan

Di balik alasan kepraktisan, keputusan ini menyimpan keunggulan yang lebih dalam pada aspek keselamatan. Christo menekankan bagaimana tombol fisik memungkinkan pengemudi untuk tetap fokus ke jalan.

“Ternyata kita masih butuh tombol, apalagi saat mengemudi. Kalau tombol kan bisa diraba tanpa harus lihat, sementara di layar kadang nggak tahu mana yang dipencet,” ujarnya.

Kemampuan untuk mengoperasikan fungsi vital secara taktil—dengan meraba posisi dan bentuk tombol—mengurangi distraksi secara signifikan. Hal ini menjadi argumen kuat melawan antarmuka layar sentuh penuh, di mana pengemudi harus mengalihkan pandangan untuk memastikan ikon yang disentuh sudah benar.

"Kalau tombol fisik, pengemudi tahu posisi dan bentuknya," tegas Christo. Dalam skenario mengemudi, perbedaan sepersekian detik dalam fokus bisa menjadi penentu keselamatan.

Menjinakkan Torsi Liar dengan Rasa "Kickdown"

Pemberontakan Aletra terhadap tren tidak hanya berhenti di interior. Mereka juga meracik ulang karakter fundamental mobil listrik: torsi instan yang terkadang terasa liar dan mengintimidasi bagi pengemudi baru.

Alih-alih menyajikan akselerasi brutal sejak pedal gas disentuh, L8 EV dirancang untuk meniru respons mobil bensin (ICE). Pedal gasnya dibuat lebih halus dan progresif. Bahkan, Aletra menyematkan sensasi "kickdown" yang familiar dari transmisi otomatis konvensional.

“Ibaratnya, kalau di mobil bensin efek kickdown itu membuat mesin menurunkan gigi dan putaran naik dulu sebelum torsinya keluar. Kalau di L8 EV, sensasinya masih ada tetapi torsinya langsung hadir di titik itu,” ungkap Christo.

Karakter ini dirancang agar pengemudi yang beralih dari mobil bensin tidak merasa "kaget" atau kehilangan kendali. Namun, bagi mereka yang merindukan keliaran torsi khas EV, mode Sport tetap menyediakan respons instan sesuai permintaan.

Pertaruhan pada Familiaritas di Tengah Persaingan Ketat

Strategi Aletra adalah sebuah pertaruhan besar. Dengan secara sadar memilih untuk tidak menjadi yang "paling canggih" atau "paling futuristik", mereka bertaruh pada kenyamanan dan familiaritas sebagai nilai jual utama. Mereka percaya bahwa transisi ke era listrik akan lebih mulus jika teknologinya beradaptasi dengan manusia, bukan sebaliknya.

Di tengah pasar yang padat, pendekatan yang berpusat pada pengguna ini bisa menjadi pembeda kuat. Saat merek lain menjual spesifikasi dan teknologi layar, Aletra menawarkan sesuatu yang lebih mendasar: pengalaman berkendara yang tidak terasa asing. Keberhasilan strategi ini akan membuktikan apakah di era digital, sentuhan analog yang humanis masih memiliki tempat di hati konsumen.

Terkini

Rekomendasi Film Nicholas Saputra Terbaik & Terbaru (2025)

Selasa, 14 Oktober 2025 | 12:01:06 WIB

7 Contoh Motor 4 Tak Honda Terbaru 2025: Spek & Harga

Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:17:51 WIB

Butuh Cepat? Jasa Cetak Spanduk 24 Jam & Murah Jakarta

Senin, 13 Oktober 2025 | 10:09:09 WIB

7 Strategi Branding Populer untuk Dominasi Pasar

Senin, 13 Oktober 2025 | 09:41:18 WIB